PENGARUH
KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
PERTUMBUHAN
DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS
BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L. )
Oleh
Mutia Oktazana *)
0910005301036
Di bawah bimbingan M. Zulman Harja Utama dan Milda Ernita
*)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang
2014
ABSTRAK
Percobaan pengaruh konsentrasi pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas bawang merah (Allium ascalonicum. L.) telah dilakukan
di lahan kering Jorong Paraman Nagari Sinuruik Kec. Talamau Kab. Pasaman Barat
pada ketinggian ± 750 mdpl dari bulan Mei – Agustus 2013. Tujuan percobaan
adalah untuk mendapatkan interaksi Pupuk Organik Cair dan Varietas Bawang Merah
terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil, dan mengetahui varietas yang cocok
pertumbuhan di Kec. Talamau. Percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah varietas bawang merah Varietas Gajah( V1 ), Varietas
Fhilipina ( V2 ), Varietas Medan ( V3 ), Varietas Birma (
V4 ). Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk organik cair yaitu 4
ml/l ( P1 ) dan 6 ml/l ( P2 ). Dari hasil percobaan Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap
beberapa varietas bawang merah memberikan interaksi terbaik terhadap jumlah
umbi per plot bawang merah, dan Perlakuan Varietas gajah dengan konsentrasi POC
4 ml/l mampu menghasilkan bobot kering umbi perplot..
Kata
kunci : Bawang Merah, Pupuk Organik Cair
PENDAHULUAN
Bawang
merah termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh
masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas lokal
maupun varietas unggul nasional. Hal ini disebabkan perbanyakan bawang
merah dengan menggunakan umbi sehingga tidak terjadi segregasi maupun keragaman
dalam varietasnya. Bawang merah dikenal sebagai sayuran yang sangat
fluktuatif harga maupun produksinya. Hal ini terjadi karena pasokan
produksi yang tidak seimbang antara panenan pada musimnya serta panenan di luar
musim (Baswarsiati et al, 2001 ).
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode
1989-2004 adalah sebesar 5,4% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen
(4,3%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
produksi bawang merah dibandingkan dengan komponen produktifitas (1,1%)
(Deptan, 2007). Rata-rata produksi bawang merah menurun dari 119,74 Kw/Ha pada
tahun 2004 menjadi 91,40Kw/Ha pada tahun 2007 (BPS, 2008). Sementara itu
kebutuhan domestik untuk komoditi bawang merah pada tahun 2010 mencapai 976.284
ton (Deptan, 2007). Analisis data ekspor-impor 2003-2008 mengindikasikan bahwa
selama periode tersebut Indonesia adalah net
importer bawang merah, karena volume ekspor untuk komoditas ini
secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume impornya
(Hortikultura, 2010).
Di Indonesia banyak dijumpai jenis varietas bawang merah, hal ini
ditunjukkkan dengan adanya perbedaan dalam ukuran dan warna umbi. Berdasarkan
data FAO (2010), negara penghasil bawang merah terbanyak di dunia adalah China,
India, Amerika, dan Pakistan. Untuk memenuhi kebutuhan varietas bawang merah
diantaranya birma, philipin, medan, sumenep, kuning di berbagai daerah,
Indonesia mengimpor komoditi ini dari negara India, Pakistan, dan China
(Hariansib, 2010). Berdasarkan data tersebut, komoditi ini memiliki potensi
yang cukup besar karena sesuai dengan ketinggian tempat, penyinaran matahari,
suhu untuk dikembangkan diwilayah Indonesia termasuk Sumatera Barat.
Dalam meningkatkan produksi bawang merah
salah satu upaya yang dilakukan adalah
menjaga keseimbangan hara yang diberikan melalui Pupuk Organik Cair (POC) yang
berfungsi sebagai katalisator untuk mengaktifkan dan mengefisiensikan
pemakaiaan unsur hara makro dan mikro. Jenis POC Herbafarm merupakan jenis
pupuk baru yang dikeluarkan oleh PT. Sidomuncul merupakan pupuk bio organik
yang mengandung nutrisi organik yang bermanfaat bagi tanaman diantaranya
C-organik 6,39%, N 2,24%, P2O5 1,91%, Seng
(Zn) 0,002%, Tembaga (Cu) 2,49 ppm, Mangan (Mn) 0,003%, Kobalt (CO) 0,74 ppm,
Boron (B) 0,100 %, Molibdenum (Mo) <0,001 %, Besi (Fe) 0,028%. Disamping itu
juga mengandung mikro organisme tanah yang bermanfaat sebagai dekomposer
(pengurai) dan penyedia nutrisis dari alam (Anonim, 2012). Dalam aplikasinya
pemberian POC disemprotkan melalui daun sehingga dapat menjaga tanah dari
kerusakan.Tujuan
penelitian adalah Mendapatkan
interaksi terbaik antara konsentrasi Pupuk Organik Cair dan varietas bawang
merah terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.
Mendapatkan konsentrasi Pupuk
Organik Cair terbaik untuk pertumbuhan dan hasil varietas bawang merah.
BAHAN DAN METODE
Percobaan tentang Adaptasi beberapa
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonium.
L) Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair ini telah dilakukan di lahan kering
Jorong Paraman Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau Sumatera Barat, dengan
ketinggian ± 750 m dari permukaan laut, curah hujan rata – rata 2000 – 6200 m
pertahun, dengan suhu rata – rata 250 C. Jenis tanah Ultisol dan pH
5,5 – 6,5 (Anonim, 2011a) dari bulan Mei – Agustus 2013. Jadwal
pelaksanaan penelitian disajikan pada Lampiran Tabel 1.
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini antara lain bawang merah Varietas Gajah,
Varietas Philipina, Varietas Medan, Varietas Birma, pupuk organik cair
Herbafarm Bio Organik, Insektisida Decis 25 EC, Fungisida Antracol 70 WP.
Sedangkan alat yang digunakan antara lain cangkul, parang, ember plastik, hand
sprayer, meteran, timbangan, ajir, kayu, papan, cat dan alat-alat tulis.
Percobaan
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap disusun faktorial. Faktor pertama yaitu
Varietas bawang merah, terdiri dari : V1 = Varietas Gajah, V2
= Varietas Philipina, V3 = Varietas Birma, V4 = Varietas Medan. Faktor kedua adalah konsentrasi
pupuk organik cair Herbafarm, yaitu : P1 = 4 ml/l air, P2
= 6 ml/l air. Perlakuan ini terdiri dari 8 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan,
sehingga seluruh plot berjumlah 24 plot, dalam tiap - tiap plot terdiri dari 20
tanaman dengan 4 tanaman sampel . Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik
ragam. Apabila F hitung > dari F tabel 5 % dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Rangee Test (DMRT) pada taraf 5 %. Denah percobaan menurut RAL
faktorial disajikan pada Lampiran
2.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali dengan
mencangkul sedalam 20 - 30 cm dengan interfal waktu satu minggu. Kemudian dibuat
plot – plot dengan ukuran 1,0 m x 0,8 m,
sebanyak 24 buah, dan 4 plot untuk tanaman sisipan. Jarak antar plot 40 cm dan
jarak dalam plot 40 cm. Letak tanaman sampel disajikan pada Lampiran3.
Bibit
yang akan digunakan dalam percobaan ini
adalah Varietas Gajah, Varietas Philipina, Varietas Medan, Varietas Birma, yang
telah diseleksi dalam pemilihan umbi yang akan digunakan antara lain : ukuran
umbi dipilih yang berukuran diameter 2 – 3 cm, umbi tunggal dan sehat. Umbi
dipanen pada umur tanaman 100 – 110 hari setelah tanam.
Label
dipasang setelah pengolahan tanah sebagai pananda perlakuan, sedangkan ajir
dipasang bersamaan dengan penanaman untuk mempermudahkan dalam pengukuran.
Penanaman dilakukan dilahan yang telah
dibuat lubang – lubang kecil yang dibuat menggunakan penunggal kecil dengan
jarak tanam 20 x 20 cm. Bibit yang sebelumnya sudah dipotong 1/3 ujungnya,
dimasukkan kedalam lubang yang telah disediakan lalu bagian atasnya ditutup
dengan tanah tipis. Pemberian POC Herbafarm diberikan dengan cara disemprotkan
ketanaman sampai membasahi seluruh daun tanaman. Penyemprotan diberikan
sebanyak 3 kali yaitu umur tanaman 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.
Penyemprotan dilakukan pada pagi hari.
Pupuk
dasar diberikan adalah Urea 300 kg/ha atau 6,75 kg/ha, KCl 200 kg/ha atau 4,50
kg/ha, dan TSP 300 kg/ha atau 6,75 kg/ha (Singgih, 2013). Pemberian pupuk Urea
1/3 bagian dan keseluruhan KCl dan TSP diberikan pada saat tanam, 1/3 bagian
urea pada umur 35 hari setelah tanaman dan 1/3 bagian lagi pada umur 45 hari
setelah tanam.pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan secara merata
disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan sedikit tanah.
Penyiraman
dilakukan pada sore hari kalau hari tidak hujan sampai kondisi tanahnya menjadi
lembab. Penyisipan dilakukan 5 hari setelah tanam, bila ada tanaman yang mati
atau pertumbuhannya yang kurang baik maka dilakukanlah penyisipan dari bibit
yang telah disediakan sebelumnya. Penyiangan dilakukan pada umur 3 minggu dan 6
minggu setelah tanam secara manual. Penyiangan dilakukan dengan mencabut semua
gulma yang tumbuh dilahan percobaan yang selanjutnya diikuti oleh pembubunan.
Saat
percobaan pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan Insektisida Decis
2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air, sedangkan pencegahan penyakit digunakan
Fungisida Antracol WP dengan konsentrasi masing – masing 2 g/l air.
Penyemprotan dilakukan 14 setelah tanam, selanjutnya disesuaikan dengan kondisi
lingkungan.
Pengamatan tanaman
bawang merah terdiri dari :
1. Pengamatan tinggi
tanaman dimulai 2 minggu setelah tanam dan selanjutnya tiap seminggu sekali
sampai tidak ada lagi pertumbuhan tingginya. Tinggi tanaman diamati dari batas
yang diberi tanda ajir sampai ujung daun yang tertinggi. Data dapat ditambah 10
cm dari tinggi ajir yang diberi tanda hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi
tanaman mulai dari umbi tanaman didalam tanah.
2. Pengamatan jumlah daun perumpun dimulai 2 minggu setelah tanam dan
selanjutnya tiap seminggu sekali sampai tidak ada lagi pertumbuhan daunnya.
Jumlah daun perumpun diamati dengan menghitung jumlah daun yang muncul diatas
permukaan tanah dengan panjang lebih 2 cm.
3. Pengamatan jumlah umbi per plot dilakukan setelah tanaman dipanen
dengan cara menghitung semua umbi yang terdapat dalam satu rumpun tanaman.
4. Pengamatan bobot umbi segar perumpun
dilakukan setelah tanaman dipanen. Kemudian umbi dibersihkan dari kotoran dan
tanah yang menempel, selanjutnya daun dipotong sekitar 3 cm diatas leher umbi
kemudian ditimbang umbinya.
5. Pengamatan umbi kering perumpun dilakukan setelah umbi
dikeringkan selama 5 hari, selanjutnya
baru ditimbang umbinya.
6. Semua umbi setiap plot yang telah dipanen dan dibersihkan dari
kotoran tanah yang menempel, kemudian dipotong daunnya sekitar 3 cm diatas
leher akar. Selanjutnya umbi dikeringkan selama 5 hari dan ditimbang setiap
plotnya.
Sedangkan untuk
mendapatkan berat umbi kering perhektar digunakan rumus :
Bobot
umbi perhektar (ton) = 10.000 m2
x berat umbi kering
perplot
0,8 m
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Tabel 1. Tinggi tanaman beberapa
varietas bawang merah dengan pemberian pupuk organik cair Herbafarm umur 8
minggu setelah tanam.
Varietas
|
Konsentrasi ml/l
|
Rata-rata
|
4
|
6
|
……………….....cm…..……………..
|
Gajah
|
36.33
|
38.00
|
37.16
|
Philipina
|
39.33
|
36.00
|
37.66
|
Medan
|
36.67
|
35.00
|
35.00
|
Birma
|
35.33
|
33.67
|
33.67
|
Rata-rata
|
36.91
|
35.66
|
|
KK
|
19,48
|
Tabel 1 memperlihatkan
tinggi tanaman beberapa varietas bawang merah dengan pemberian pupuk organik
cair Herbafarm tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Pada varietas Gajah
dengan tinggi tanaman yaitu 37. 16 cm berbeda tidak nyata dengan varietas
Philipina, Medan, dan Birma yaitu 37.66 cm, 35.00cm. 33.67cm. Pada Tabel 1
memperlihatkan tinggi tanaman dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l yaitu
36.91 cm berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu
35.66 cm.
Tinggi
tanaman yang dicapai tanaman bawang merah hampir sama dengan deskripsi potensi
tinggi tanaman bawang merah varietas gajah yaitu 35-43, philipina yaitu 36-45,
birma yaitu 25-44 dan medan yaitu 26,9 – 41,3. Hal
ini diduga terjadi akibat unsur N yang
terkandung di dalam tanah lebih dominan
sehingga dapat menetralisir pengaruh konsentrasi
POC Herbafarm yang diberikan.
Prasetya, Kurniawan dan Febrianingsih
(2009) menjelaskan bahwa unsur nitrogen bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman yaitu pembentukan sel-sel baru seperti daun, cabang, dan mengganti
sel-sel yang rusak. Setyamidjaja (1986) mengemukakan bahwa apabila tanaman
kekurangan unsur N tanaman akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil.
Jumlah
Daun Perumpun
Tabel
2. Jumlah daun perumpun beberapa varietas bawang merah dengan pemberian pupuk
organik cair Herbafarm 8 minggu setelah tanam.
Varietas
|
Konsentrasi ml/l
|
Rata-rata
|
4
|
6
|
……………….....Helai…..……………..
|
Gajah
|
38.33
|
36.33
|
37.33
|
Philipina
|
35.33
|
35.33
|
35.33
|
Medan
|
36.33
|
36.67
|
36.50
|
Birma
|
36.00
|
36.00
|
36.00
|
Rata-rata
|
36.49
|
36.08
|
|
KK
|
19,48
|
Tabel 2 memperlihatkan
jumlah tanaman beberapa varietas bawang merah dengan pemberian pupuk organik
cair Herbafarm berpengaruh tidak nyata. Pada varietas Gajah dengan jumlah daun
yaitu 37. 33 lembar berbeda tidak nyata dengan varietas Philipina, Medan, dan
Birma yaitu 35.33 lembar, 36.00 lembar dan 36.00 lembar. Pada Tabel 1
memperlihatkan jumlah daun tanaman dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l
yaitu 36.49 lembar berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6
ml/l yaitu 36.08 lembar.
Selain
perbedaan unsur N yang diterima tanaman dari berbagai konsentrasi POC,
perbedaan jumlah daun yang tidak cukup berarti akibat berbagai konsentrasi POC
kemungkinan disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada saat penelitian. Curah
hujan yang tinggi menyebabkan unsur hara ikut tercuci oleh air hujan yang
menjadi penyebab hanyutnya unsur hara sehingga kurang termanfaatkan oleh
tanaman.
Lingga dan Marsono (2000) menyatakan
faktor yang mempengaruhi tekanan turgor ialah banyaknya air yang terbuang lewat
penguapan daun. Hal ini erat kaitannya dengan terik matahari, angin dan hujan.
Jika matahari terlalu terik dan angin terlalu kencang maka penguapan akan
banyak terjadi. Begitu juga jika hujan, pupuk yang diberikan lewat daun akan
ikut tercuci dan terbawa air perkolasi.
Jumlah
Umbi Perumpun
Tabel
3. Jumlah umbi perumpun beberapa varietas bawang merah dengan pemberian pupuk organik cair
Herbafarm
Varietas
|
Konsentrasi
ml/l
|
Rata-rata
|
4
|
6
|
……………….....siung…..……………..
|
Gajah
|
10.67
|
8.00
|
9,33
A
|
Philipina
|
8.67
|
7.33
|
8,00
A
|
Medan
|
6.00
|
5.00
|
5,50
B
|
Birma
|
4.00
|
3.33
|
3,67
B
|
Rata-rata
|
7.33
a
|
5.91
b
|
|
KK
|
19,48
|
Angka-angka sebaris
diikuti huruf kecil dan angka-angka selajur diikuti huruf besar yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Pada
Tabel 3 memperlihatkan jumlah umbi perumpun beberapa varietas bawang merah
dengan pemberian pupuk organik cair Herbafarm berinteraksi tidak nyata. Pada
varietas Gajah terlihat jumlah umbi perumpun dengan rata-rata yaitu 9,33 siung
berbeda tidak nyata dengan Varietas Philipina yaitu 8,00 siung dan berbeda
nyata dengan varietas Medan dan Birma dengan rata-rata jumlah umbi perumpun
yang masing-masingnya yaitu 5,50 siung dan 3,67 siung.
Pada
Tabel 3 memperlihatkan jumlah umbi perumpun dengan pemberian pupuk organik cair
4 ml/l yaitu dengan rata-rata 7,33 siung berbeda nyata dengan pemberian pupuk
organik cair 6 ml/l yaitu 5,91 siung.
Berbedanya jumlah umbi perumpun antar varietas bawang merah diduga
karena pengaruh sifat genetik
yang dimiliki oleh varietas bawang merah dan interaksinya dengan faktor
lingkungan. Makmur (2010) menyatakan bahwa banyaknya jumlah umbi perumpun yang dihasilkan oleh tanaman
bawang merah ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan jumlah daun perumpun karena organ
ini mempunyai peran penting dalam fotosintesis. Proses fotosintesis yang
terjadi didaun akan mempengaruhi jumlah makanan yang akan disimpan didalam umbi
dan juga akan berpengaruh pada bobot dan jumlah umbi yang dihasilkan.
Bobot
Umbi Segar Perumpun
Tabel
4. Bobot segar umbi perumpun beberapa varietas bawang merah dengan pemberian
pupuk organik cair Herbafarm
Varietas
|
Konsentrasi
ml/l
|
Rata-rata
|
4
|
6
|
|
…………….g…………………..
|
|
Gajah
|
99.00
|
95.00
|
97,00
A
|
Philipina
|
93.00
|
85.00
|
89,00
A
|
Medan
|
83.00
|
80.33
|
81,67
A
|
Birma
|
77.67
|
69.33
|
73,50
B
|
Rata-rata
|
88,16
a
|
82.41
b
|
|
KK
|
4,69
|
|
Angka-angka sebaris
diikuti huruf kecil dan angka-angka selajur diikuti huruf besar yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%
Pada
Tabel 4 diatas memperlihatkan bobot segar umbi perumpun beberapa varietas
bawang merah dengan pemberian pupuk organik cair Herbafarm berbeda tidak nyata.
Pada varietas Gajah terlihat bobot segar umbi perumpun dengan pemberian pupuk
organik cair yaitu 97,00 g berbeda tidak
nyata dengan varietas Philipina dan varietas Medan yang masing-masingnya yaitu
89,00 g dan 81,67 g, berbeda nyata dengan varietas Birma yaitu 73,50 g.
Pada
Tabel 4 juga memperlihatkan pemberian pupuk organik cair pada setiap varietas
yaitu dengan pemberian 4 ml/ltr air berbeda nyata dengan pemberian pupuk
organik cair 6 ml/ltr air. tidak berbedanya bobot basah umbi perumpun varietas
tanaman bawang merah dipengaruhi oleh unsur hara yang terkandung didalam POC
diduga dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman perumpun
(Tabel 1), jumlah daun perumpun (Tabel 2), dan jumlah umbi perumpun (Tabel 3)
dan kemampuan organ tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari untuk melakukan
proses fotosintesis, serta memanfaatkan faktor lingkungan dalam mengabsorsi zat
makanan, sehingga umbi yang terbentuk lebih besar (Harjadi, 2006).
Bobot
Kering Umbi Perumpun
Tabel 5. Bobot kering umbi perumpun beberapa
varietas bawang merah dengan pemberian pupuk organik cair Herbafarm
Varietas
|
Konsentrasi
ml/l
|
Rata-rata
|
4
|
6
|
……………..g……………………
|
|
Gajah
|
91.67
|
95.67
|
93,67
A
|
Philipina
|
88.33
|
81.33
|
84,83
A
|
Medan
|
74.33
|
71.33
|
72,83
A
|
Birma
|
69.00
|
58.33
|
63,67
B
|
Rata-rata
|
80.83a
|
76.66a
|
|
KK
|
6,51
|
|
|
|
|
|
|
Angka-angka sebaris
diikuti huruf kecil dan angka-angka selajur diikuti huruf besar yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Pada
Tabel 5 diatas memperlihatkan bobot segar umbi perumpun beberapa varietas
bawang merah dengan pemberian pupuk organik cair Herbafarm berbeda tidak nyata.
Pada varietas Gajah terlihat bobot segar umbi perumpun dengan pemberian pupuk
organik cair yaitu 93,67 g berbeda tidak
nyata dengan varietas Philipina dan varietas Medan yang masing-masingnya yaitu
84,83 g dan 72,83 g, berbeda nyata dengan varietas Birma yaitu 63,67 g.
Pada
Tabel 5 juga memperlihatkan pemberian pupuk organik cair pada setiap varietas
yaitu dengan pemberian 4 ml/l dengan rata-rata yaitu 80,83 g berbeda tidak
nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu dengan rata-rata 76,66
g. Jumlah umbi juga meningkatkan bobot kering umbi perumpun, pada pemberian
yang sama. Jika dihubungkan dengan pertumbuhan vegetatif (Tabel 1, 2) bahwa
pemberian POC 4 ml/l air menunjukkan hasil tertinggi. Sebagai mana telah
dijelaskan bahwa Pemberian POC yang tepat mengakibatkan pertumbuhan akar yang
optimal sehingga serapan hara dan air juga optimal. Dengan tersedianya CO2
dan air, kemudian Clorophyl, adanya peran kalium salah satunya mentransfer
karbohidrat dan protein optimal, sehingga terjadi peningkatan bobot umbi kering
perumpun.
Bobot
Kering Umbi Perplot
Tabel 6. Bobot kering umbi perplot beberapa varietas
bawang merah dengan pemberian pupuk organic cair Herbafarm
Varietas
|
Konsentrasi
ml/l
|
4
|
6
|
……………………. g…………………..
|
Gajah
|
982.67
aA
|
953.33
aA
|
Philipina
|
917.00
aA
|
830.67
aA
|
Medan
|
839.67aA
|
679.67
bB
|
Birma
|
666.67
bB
|
680.67
bB
|
KK
|
5,19
|
|
|
|
|
Angka-angka sebaris
diikuti huruf kecil dan angka-angka selajur diikuti huruf besar yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Pada
Table 6 memperlihatkan hasil bobot kering umbi perplot beberapa varietas bawang
merah pada beberapa taraf konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh nyata.
Pada varietas Gajah dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l interaksi
terbaik diperoleh yaitu 9.82 kg, walaupun hasil tersebut tidak berbeda dengan
varietas gajah dengan konsentrasi 6 ml/l, varietas philipina pada konsentrasi 4
ml/l dan varietas medan pada konsentrasi 4 m/l. sedangkan pada varietas Birma
dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l memperlihatkan interaksi terendah
yaitu 6.66 kg.
Pada
varietas Gajah dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l berbeda tidak nyata
dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu 9.82 kg dan 9.53 kg. pada
varietas Philipina dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l berbeda tidak
nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu 9.17 kg dan 8.30 kg.
pada varietas Medan dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/ l berbeda sangat
nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu 8.39 kg dan 6.79 kg,
sedangkan pada varietas Birma dengan pemberian pupuk organik cair 4 ml/l
berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk organik cair 6 ml/l yaitu 6.66 kg
dan 6.80 kg.
Pada
pemberian pupuk organic cair 4 ml/lt air dengan varietas Gajah berbeda tidak
nyata dengan varietas Philipina dan Medan, Berbeda sangat nyata dengan varietas
Birma yang masing-masingnya 9.82 kg, 9.17 kg, 8.39 kg dan 6.66 kg. pada
pemberian pupuk organik cair 6 ml/l dengan varietas gajah berbeda tidak nyata
dengan varietas Philipina, berbeda sangat nyata dengan varietas Medan Dan Birma
yang masing-masingnya 9.53 kg, 8.30 kg, 6.79 kg, dan 6.80 kg.
Bobot kering menunjukkan hasil terbaik pada pemberian pupuk
organik cair dengan dosis 4 ml/l air. Bobot kering tanaman sangat dipengaruhi
oleh unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan cahaya yang diterima oleh tanaman. Gardner et al.(1991), menyatakan bahwa peningkatan bobot kering dipengaruhi oleh laju fotosintetis, dimana laju fotosintetis dapat berjalan jika tanaman dapat menerima dan menggunakan cahaya matahari secara optimal.
Bobot
Kering Umbi Ha -1
Tabel
7. Bobot kering umbi perplot beberapa varietas bawang merah dengan pemberian
pupuk organic cair Herbafarm
Varietas
|
Konsentrasi
ml/l
|
4
|
6
|
…………………….ton…………………..
|
Gajah
|
12.28
|
11.91
|
Philipin
|
11.91
|
10.38
|
Medan
|
11.46
|
8.49
|
Birma
|
8.33
|
8.50
|
Table
7 memperlihatkan bobot kering umbi bawang merah pada varietas Gajah dengan
pemberian pupuk organik cair Herbafarm 4 ml/lt air memperlihatkan interaksi
terbaik yaitu 12.28 ton, sedangkan bobot kering umbi pada varietas Birma dengan
pemberian pupuk organic cair Herbafarm 6 ml/lt air merupakan interaksi terendah
yaitu 8.50 ton.
Setiap tanaman dosis POC yang diberikan akan mempengaruhi besar
kecilnya kandungan hara dalam pupuk tersebut, tetapi belum dapat dijamin bahwa
semakin besar dosis yang diberikan akan
semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sebab tanaman juga memiliki
batas dalam penyerapan hara untuk kebutuhan hidupnya. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Sarwono Hardjowigeno (1989), bahwa jumlah unsur hara yang
diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tanaman tersebut berbeda untuk setiap
jenis tanaman maupun untuk jenis tanaman yang sama tetapi dengan tingkat
produktivitas yang berbeda. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki
sifat-sifat tanah.
SIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu interaksi perlakuan Varietas Gajah
dengan konsentrasi POC 4 ml/l mampu menghasilkan bobot kering umbi perplot
sebesar 12.28 ton/ha. Berdasarkan
kesimpulan diatas disarankan menggunakan varietas Gajah dan Pupuk Organik Cair
Herbafarm dengan konsentrasi 4 ml/l meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Profil dan Monografi Kenagarian
Sinuruik. Kenagari Sinuruik, Kecamatan Talamau. 57 halaman
______ . 2012. Herbafarm Bio
Organik. Penerbit. PT. Nutrend International. Jakarta. 8 halaman
Baswarsiati, T.Purbiati, L. Moenir. 2001. Uji multilokasi calon varietas unggul bawang merah adaptif
lingkungan spesifik di sentra produksi Jawa Timur. Pros. Seminar Hasil
Penelitian/pengkajian. BPTP Karangploso.
54 halaman
BPS. 2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. BPS Sumatera Utara.
Medan.
Deptan, 2007 . Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang
Merah. Deptan. 24 halaman
FAO. 2010. Top Production – Onions, dry 2008. http://faostat.fao.org [25 Februari 2014].
Gardner,
F.P., R.B. Pearre dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanama Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Hariansib. 2010. Sumut Pasok Bawang Merah dari Brebes dan India. http://hariansib.com [25 Februari 2014].
Harjadi
S. S, 2006. Pengantar Agronomi. Gapustaka Utama. Jakarta. 197 halaman.
Hortikultura, 2010. Pengenalan dan pengendalian beberapa OPT Benih Hortikultura. 36 halaman
Lingga P dan Marsono. 2000. petunjuk
penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 161 halaman
Makmur A. 2010. Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan
Tanaman. Bima Aksara. Jakarta
Prasetya, B., S, Kurniawan, dan Febrianingsih. 2009. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan dan Pertumbuhan Sawi ( Brassica junsea L. ) Pada Entisol. Univ. Brawijaya.
Malang.
Sarwono
H.W, 1989. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana
Perkasa. Jakarta. 233 Hal.
Singgih. W. 2013. Budidaya Bawang. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta. 120 halaman